Sukabumi, 15 Juni 2005 aku
berhasil meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi barawal dari jenjang
SD lalu ke jenjang SMP. Harapanku begitu
luas untuk mengapai cita-cita pada waktu SMP yaitu mengikuti suatu lomba, karena aku
ingin membuktikan kepada kedua orang
tuaku kalau aku bisa seperti waktu SD.
“halo, nama mu siapa??”
tanyaku kepada seorang yang duduk di sampingku waktu pendaftaran ulang. “Bagus, kamu siapa?” jawabnya dengan ramah. “Bara, salam kenal ya.” Sambung ku menjawab pertanyaan yang diberikan. Mulai saat itulah aku mengenal teman untuk yang pertama kali. Jujur saja aku gak kenal dengan orang-orang disekelilingku karena aku gak berasal dari satu kotadan aku baru saja pindah rumah.
tanyaku kepada seorang yang duduk di sampingku waktu pendaftaran ulang. “Bagus, kamu siapa?” jawabnya dengan ramah. “Bara, salam kenal ya.” Sambung ku menjawab pertanyaan yang diberikan. Mulai saat itulah aku mengenal teman untuk yang pertama kali. Jujur saja aku gak kenal dengan orang-orang disekelilingku karena aku gak berasal dari satu kotadan aku baru saja pindah rumah.
MOS
telah ku ikuti dengan lancar dan menyenangkan, nah sekarang waktunya untuk
pengumuman belajar dikelas mana aku meneruskan belajar sesuai dengan tes yang
terlebih dulu diberikan oleh sekolah. “wah, gak nyangka ya kita bisa satu
kelas.” Ujarku kepada Bagus. “ya e, aku
juga gak nyangka.” Jawabnya. Di kelas itulah aku tambah mengenal sosok Bagus.
Selain itu juga ada teman lain yang dekat dengan ku yaitu Tika dan Amel. Meskipun
baru mengenal satu sama lain, kita sudah banyak bertukar pengalaman sewaktu SD.
Satu
tahun sudah berlalu. Dan kini sudah beranjak ke kelas VIII. “Hei, kita semua
satu kelas lagi.” Kata Tika dengan PDnya sambil berlari menuju tampat
tongrongan biasa tanpa memperhatikan selokan di depannya. “wah, kren tuh.”
Jawab Amel. “Beneran? Yuk Gus liat pengumumannya”. Aku pun meningalkan Amel
tanpa menghiraukan pemberitaan dari Tika.
“Wah,
asik nih bakalan.” Kata Bagus kepada ku. “ok. Siip lah kita satu kelas lagi.” Kita semua seneng banget karena bisa satu
kelas lagi.
Pelajaran
pertama semangat ku memuncak demi mencapai cita-citaku di SMP.
“Bara, Nofel dan Tika ikut saya ke
Joglo nanti waktu istirahat.” Perintah P.Damin guru Fisikaku . Perasaan ku gak
enak mendengar itu, karena yang ku tahu selama ini dia menjadi guru BK paling
sinis di sekolah. “kita disuruh apa?” tanyaku ke Nofel. “aku juga gak tau, liat
aja ntar!” jawabnya.
Teeeetttttt…..teeetttt……tettttttttt…..
Bel menandakan waktu istirahat berbunyi. Aku dan kedua temanku bergegas ke
Joglo.
“Ini ada
informasi untuk kalian, kalian bertiga di usulkan oleh dewan guru untuk menjadi
calon ketua OSIS. Bagaimana?” jelas pak Damin. “ Wah, jangan saya pak. Saya gak
bisa.”kata Nofel. “Kenapa? Dicoba dulu. Bagaimana dengan kamu?” Tanyanya ke aku
dan Tika.”Ya pak, saya siap siap saja.” Jawabku dan Tika. “oke, mulai sekarang
kamu membuat visi dan misi kalian masing-masing jika menjadi ketua OSIS. Besuk
senin waktu upacara kalian sampaikan visi dam misi kalian di depan semua warga
sekolah. Siap?” “ya pak.” Jawab kita.
“wik,
kenapa tadi Nofel gak mau tapi di paksa Pak Damin untuk tetap mau?” tanyaku.
“Biasa lah Bar, dari dulu kan semua orang tau kalo dia itu murid
kesayangannya.” Jawab Tika sambil sok tau.
Hari Ini
hari Senin lalu kemudian Hari Senin lagi. Entah apa yang kurasakan bergantinya
hari itu serasa sekejap saja.
Mati
,aku dapat nomor urut satu untuk menyampaikan visi dam misiku yang telah ku
buat satu minggu yang lalu dan itu sekaligus nomor urut ku ketika diadakan
pilihan. Dengan percaya diri aku bergegas menuju mimbar tengah dan menyampaikan
visi dan misiku.
Setelah
semua menyampaikan visi misinya, sekarang waktunya pemilihan. OSIS kakak
kelasku sudah bersiaga dengan tugasnya masing-masing.
“Bara….
Menang ya…. Semangat!” kata teman-teman ketika lewat di depanku. “Oke, makasih” jawabku.
Jam 12.00 hari itu sudah tiba, dan
kini waktunya penghitungan suara. Dag dig dug suara musik di jantungku.
“Bara Setya Budi memperoleh 458 ,Tika Nur Laila 132, dan Nofel
Al Gozali 42 suara. Dan yang menjadi
Ketua OSIS yaitu Bara Setya Budi, Wakil Ketua OSIS 1 Tika Nur Laila dan Wakil
ketua OSIS 2 yaitu Nofel Al Gozali.” Gak
nyangka aku bakalan menjadi ketua OSIS dan Visi dan Misi yang ku buat bisa memikat
hati teman-temanku yang lain.
Satu
minggu selsai sudah membuat susunan kepengurusan OSIS dan rencana kegiatan tahun
ku. Semuanya selesai.
Satu
semester berjalan, sekarang memulai dengan semeseter 2. Aku bersiap siap dengan
pelajaran semua jika ada seleksi untuk lomba.
Murid teladan yang ku incar.
Dan
entah ada apa Pak Damin main tunjuk aja pada waktu ada lomba murid teladan. Aku
dan teman-teman sekelas protes dengan sikap Pak Damin yang seenaknya saja
menunjuk Nofel selalu ketika ada suatu lomba. “Nofel kan punya banyak waktu
untuk mempersiapkan lomba, sedangkan kalian sibuk dengan OSIS” kata yang selalu
terlontar ketika kita meminta diadakan seleksi.
“Liat
aja besok, menang atau kalah lombanya” kata tenam-temanku. “ya sudah lah,
biarkan saja.” Kataku kepada semua meskipun aku juga sakit hati dengan kata-kata yang selalu diucapkan Pak Damin itu.
“Hei, Nofel
kemarin gak dapat juara lombanya.” Kabar
dari Tika memotong pembicaraan teman-teman waktu istirahat. Tanpa ada komando
semuanya pun membubarkan diri.
“Lha
kamu dapat juara berapa?” Tanya ku kepada Tika empat mata. “Aku dapat juara 7
e.” jawabnya. “ya udah gak papa” sambungku.
Kelasa VIII sudah selesai
dengan cita-cita yang gagal total, dan kini aku ke Kelas IX. Tapi gak seperti
dulu, kini tinggal aku dan Amel yang satu kelas lagi. Tika dan Bagus berpisah
kelas. Setelah semangatku luntur di kelas VIII kini semangtku tumbuh lagi di
kelas IX. Cita-cita baru ku kibarkan di dalam dada untuk menjadi semangat baru.
“Kita
besok SMA daftar di SMA 1 Laskar Jaya ya? Semuanya aja.” Permintaanku kepada Tika
,Amel dan Bagus. “Oke Bar.” Jawab Tika. “Aku gak mau ah, aku mau ke STM aja.”
Sambung Bagus. “Kenapa?” tanyaku penasaran. “gak papa, pengen aja” jawabnya
asal.
Kendala
sekarang berada Bagus yang gak mau daftar di SMA 1. Untung saja aku punya guru
yang dekat dengan teman-temanku. Pak Upam namannya. Sore hari waktu les, aku dan Tika serta Amel meminta
tolong kepada Pak Upam untuk menasehati Bagus supaya mau ke SMA 1. Dan Pak Upam
berhasil menasehatinya. Waktu pendaftaran Bagus pun ikut mendaftar dengan 5
temanku yang lain. Tes dan semua persyaratan sudah beres dan kini tinggal
berjuang menghadapi UN.
Hari
pertama UN aku di hadapkan dengan cobaan yang begitu sakit. Pengawas yang gak
tau aturan setelah aku dan teman-temanku mengerjakan 30 menit tiba-tiba di
minta kembali soal mata pelajaran Bahasa Indonesia itu karena selah paket.
Mentalku waktu itu drop dan gak tau apa yang harus ku lakukan dengan waktu yang
tersisa itu. Jawaban yang ada di LJK terpaksa ku hapus satu persatu.
Selesai
Ujian aku melapor ke Wali kelas. Guru dan semua panitia UN gempar akibat
laporanku. Aku gak tau apa yang dilakukan guru-guru setelah itu. Pulang dan
menangis yang bisa kulakukan setelah
tiba di rumah, gak mungkin cita-cita kedua ku gagal karena ini. Stres berat
yang ku rasakan, dikamar dan membaca buku pelajaran UN selanjunya yang ku
lakukan setiap hari. Sekeliling ku gak ku hiraukan sama sekali. Terbayang
bayang hal tersebut.
4 hari
berlalu dan aku di panggil wali kelasku. “Sabar ya Bara , kamu bisa kok, yakin
saja. Jangan terlalu dipikirkan dan jangan lupa berdoa!” ujar guruku “ya bu.”
Jawabku singkat.
Sambil
menunggu hasil UN dan tes masuk SMA aku lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Berdoa setiap shalat wajib dan shalat malam, meminta yang terbaik buat langkah
ku kedepan.
“Bara,
JANGAN TERLALU DI PIKIR YAK.” SMS yang selalu ku terima dari Tika, Bagus dan Amel.
Amel beruntung gak satu ruangan dengan ku.
Satu
bulan kemudian waktu pengumuman, dan ternyata aku bisa. Perjuangan kerasku
membuahkan hasil sesuai dengan harapanku. Keesokannya aku pun bergegas
mengantarkan nilai UN ku ke SMA bersama teman-temanku.
Dan
akhirnya waktu pengumuman SMA aku, Bagus, Amel, dan Tika berhasil lolos masuk
SMA 1. Namun sayang, kedua temanku yang lain tidak lolos. Dan kini aku
bersyukur dan berhasil membuktikan kepada Pak Damin bahwa aku dan Bagus lebih
baik daripada Nofel. Namun, ini semua tiadak membuat ku untuk bersombong diri,
karena ku tau perjalanan ku masih panjang untuk mencapai cita-cita yang
sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar