Jumat, 31 Agustus 2012

Tuhan Tahu Semuannya


Sukabumi, 15 Juni 2005 aku berhasil meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi barawal dari jenjang SD lalu ke jenjang SMP.  Harapanku begitu luas untuk mengapai cita-cita pada waktu  SMP yaitu mengikuti suatu lomba, karena aku ingin membuktikan kepada kedua orang  tuaku kalau aku bisa seperti waktu SD.
“halo, nama mu siapa??”
tanyaku kepada seorang yang duduk di sampingku waktu pendaftaran ulang. “Bagus, kamu siapa?” jawabnya dengan ramah.  “Bara, salam kenal ya.” Sambung ku menjawab pertanyaan yang diberikan. Mulai saat itulah aku mengenal teman untuk yang pertama kali. Jujur saja aku gak kenal dengan orang-orang disekelilingku karena aku gak berasal dari satu kotadan aku baru saja pindah rumah.
            MOS telah ku ikuti dengan lancar dan menyenangkan, nah sekarang waktunya untuk pengumuman belajar dikelas mana aku meneruskan belajar sesuai dengan tes yang terlebih dulu diberikan oleh sekolah. “wah, gak nyangka ya kita bisa satu kelas.”  Ujarku kepada Bagus. “ya e, aku juga gak nyangka.” Jawabnya. Di kelas itulah aku tambah mengenal sosok Bagus. Selain itu juga ada teman lain yang dekat dengan ku yaitu Tika dan Amel. Meskipun baru mengenal satu sama lain, kita sudah banyak bertukar pengalaman sewaktu SD.
            Satu tahun sudah berlalu. Dan kini sudah beranjak ke kelas VIII. “Hei, kita semua satu kelas lagi.” Kata Tika dengan PDnya sambil berlari menuju tampat tongrongan biasa tanpa memperhatikan selokan di depannya. “wah, kren tuh.” Jawab Amel. “Beneran? Yuk Gus liat pengumumannya”. Aku pun meningalkan Amel tanpa menghiraukan pemberitaan dari Tika.
            “Wah, asik nih bakalan.” Kata Bagus kepada ku. “ok. Siip lah kita satu kelas lagi.”  Kita semua seneng banget karena bisa satu kelas lagi.
            Pelajaran pertama semangat ku memuncak demi mencapai cita-citaku di SMP. 
            “Bara, Nofel dan Tika ikut saya ke Joglo nanti waktu istirahat.” Perintah P.Damin guru Fisikaku . Perasaan ku gak enak mendengar itu, karena yang ku tahu selama ini dia menjadi guru BK paling sinis di sekolah. “kita disuruh apa?” tanyaku ke Nofel. “aku juga gak tau, liat aja ntar!” jawabnya.
            Teeeetttttt…..teeetttt……tettttttttt….. Bel menandakan waktu istirahat berbunyi. Aku dan kedua temanku bergegas ke Joglo.
            “Ini ada informasi untuk kalian, kalian bertiga di usulkan oleh dewan guru untuk menjadi calon ketua OSIS. Bagaimana?” jelas pak Damin. “ Wah, jangan saya pak. Saya gak bisa.”kata Nofel. “Kenapa? Dicoba dulu. Bagaimana dengan kamu?” Tanyanya ke aku dan Tika.”Ya pak, saya siap siap saja.” Jawabku dan Tika. “oke, mulai sekarang kamu membuat visi dan misi kalian masing-masing jika menjadi ketua OSIS. Besuk senin waktu upacara kalian sampaikan visi dam misi kalian di depan semua warga sekolah. Siap?” “ya pak.” Jawab kita.
            “wik, kenapa tadi Nofel gak mau tapi di paksa Pak Damin untuk tetap mau?” tanyaku. “Biasa lah Bar, dari dulu kan semua orang tau kalo dia itu murid kesayangannya.” Jawab Tika sambil sok tau.
            Hari Ini hari Senin lalu kemudian Hari Senin lagi. Entah apa yang kurasakan bergantinya hari itu serasa sekejap saja.
            Mati ,aku dapat nomor urut satu untuk menyampaikan visi dam misiku yang telah ku buat satu minggu yang lalu dan itu sekaligus nomor urut ku ketika diadakan pilihan. Dengan percaya diri aku bergegas menuju mimbar tengah dan menyampaikan visi dan misiku.
            Setelah semua menyampaikan visi misinya, sekarang waktunya pemilihan. OSIS kakak kelasku sudah bersiaga dengan tugasnya masing-masing.
            “Bara…. Menang ya…. Semangat!” kata teman-teman ketika lewat di depanku.  “Oke, makasih” jawabku.
            Jam 12.00 hari itu sudah tiba, dan kini waktunya penghitungan suara. Dag dig dug suara musik di jantungku.
“Bara Setya Budi memperoleh 458 ,Tika Nur Laila 132, dan Nofel Al Gozali  42 suara. Dan yang menjadi Ketua OSIS yaitu Bara Setya Budi, Wakil Ketua OSIS 1 Tika Nur Laila dan Wakil ketua OSIS 2 yaitu Nofel Al Gozali.”  Gak nyangka aku bakalan menjadi ketua OSIS dan Visi dan Misi yang ku buat bisa memikat hati teman-temanku yang lain.
            Satu minggu selsai sudah membuat susunan kepengurusan OSIS dan rencana kegiatan tahun ku. Semuanya selesai.
            Satu semester berjalan, sekarang memulai dengan semeseter 2. Aku bersiap siap dengan pelajaran semua jika ada seleksi untuk lomba.  Murid teladan yang ku incar.
            Dan entah ada apa Pak Damin main tunjuk aja pada waktu ada lomba murid teladan. Aku dan teman-teman sekelas protes dengan sikap Pak Damin yang seenaknya saja menunjuk Nofel selalu ketika ada suatu lomba. “Nofel kan punya banyak waktu untuk mempersiapkan lomba, sedangkan kalian sibuk dengan OSIS” kata yang selalu terlontar ketika kita meminta diadakan seleksi.
            “Liat aja besok, menang atau kalah lombanya” kata tenam-temanku. “ya sudah lah, biarkan saja.” Kataku kepada semua meskipun aku juga sakit hati dengan  kata-kata yang selalu diucapkan Pak Damin  itu.
            “Hei, Nofel kemarin gak dapat juara lombanya.”  Kabar dari Tika memotong pembicaraan teman-teman waktu istirahat. Tanpa ada komando semuanya pun membubarkan diri.
            “Lha kamu dapat juara berapa?” Tanya ku kepada Tika empat mata. “Aku dapat juara 7 e.” jawabnya. “ya udah gak papa” sambungku.
Kelasa VIII sudah selesai dengan cita-cita yang gagal total, dan kini aku ke Kelas IX. Tapi gak seperti dulu, kini tinggal aku dan Amel yang satu kelas lagi. Tika dan Bagus berpisah kelas. Setelah semangatku luntur di kelas VIII kini semangtku tumbuh lagi di kelas IX. Cita-cita baru ku kibarkan di dalam dada untuk menjadi semangat baru.
            “Kita besok SMA daftar di SMA 1 Laskar Jaya ya? Semuanya aja.” Permintaanku kepada Tika ,Amel dan Bagus. “Oke Bar.” Jawab Tika. “Aku gak mau ah, aku mau ke STM aja.” Sambung Bagus. “Kenapa?” tanyaku penasaran. “gak papa, pengen aja” jawabnya asal.
            Kendala sekarang berada Bagus yang gak mau daftar di SMA 1. Untung saja aku punya guru yang dekat dengan teman-temanku. Pak Upam namannya. Sore  hari waktu les, aku dan Tika serta Amel meminta tolong kepada Pak Upam untuk menasehati Bagus supaya mau ke SMA 1. Dan Pak Upam berhasil menasehatinya. Waktu pendaftaran Bagus pun ikut mendaftar dengan 5 temanku yang lain. Tes dan semua persyaratan sudah beres dan kini tinggal berjuang  menghadapi UN.
            Hari pertama UN aku di hadapkan dengan cobaan yang begitu sakit. Pengawas yang gak tau aturan setelah aku dan teman-temanku mengerjakan 30 menit tiba-tiba di minta kembali soal mata pelajaran Bahasa Indonesia itu karena selah paket. Mentalku waktu itu drop dan gak tau apa yang harus ku lakukan dengan waktu yang tersisa itu. Jawaban yang ada di LJK terpaksa ku hapus satu persatu.
            Selesai Ujian aku melapor ke Wali kelas. Guru dan semua panitia UN gempar akibat laporanku. Aku gak tau apa yang dilakukan guru-guru setelah itu. Pulang dan menangis  yang bisa kulakukan setelah tiba di rumah, gak mungkin cita-cita kedua ku gagal karena ini. Stres berat yang ku rasakan, dikamar dan membaca buku pelajaran UN selanjunya yang ku lakukan setiap hari. Sekeliling ku gak ku hiraukan sama sekali. Terbayang bayang hal tersebut.
            4 hari berlalu dan aku di panggil wali kelasku. “Sabar ya Bara , kamu bisa kok, yakin saja. Jangan terlalu dipikirkan dan jangan lupa berdoa!” ujar guruku “ya bu.” Jawabku singkat.
            Sambil menunggu hasil UN dan tes masuk SMA aku lebih mendekatkan diri kepada Allah. Berdoa setiap shalat wajib dan shalat malam, meminta yang terbaik buat langkah ku kedepan.
            “Bara, JANGAN TERLALU DI PIKIR YAK.” SMS yang selalu ku terima dari Tika, Bagus dan Amel. Amel beruntung gak satu ruangan dengan ku.
            Satu bulan kemudian waktu pengumuman, dan ternyata aku bisa. Perjuangan kerasku membuahkan hasil sesuai dengan harapanku. Keesokannya aku pun bergegas mengantarkan nilai UN ku ke SMA bersama teman-temanku.
            Dan akhirnya waktu pengumuman SMA aku, Bagus, Amel, dan Tika berhasil lolos masuk SMA 1. Namun sayang, kedua temanku yang lain tidak lolos. Dan kini aku bersyukur dan berhasil membuktikan kepada Pak Damin bahwa aku dan Bagus lebih baik daripada Nofel. Namun, ini semua tiadak membuat ku untuk bersombong diri, karena ku tau perjalanan ku masih panjang untuk mencapai cita-cita yang sebenarnya.
            

Tidak ada komentar: